Sabtu, 03 Mei 2014

laporan study lapangan di Sangiran



Laporan Study Lapangan
SEJARAH


Nama Kelompok :
vSarah Ayu A              (18)
vYosasmita B A   (29)
vVatjarjinanto             (22)


SMA N 1 KOTA MUNGKID
2013/2014


KATA PENGANTAR

         Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan kelimpahan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
         Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Guru yang membimbing kami dalam membantu menyelesaikan laporan ini. Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman SMA N 1 Kota Mungkid yang telah memberikan saran dan kritiknya kepada kami khususnya teman-teman X MIPA 3.
          Tiada Gading yang tak retak, begitu pula dengan laporan yang kami buat. Namun, kami sebagai penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat membuat laporan ini sebagai tugas study banding ke Keraton Kasunanan Surakarta dan Sangiran.
          Oleh karena itu, kami berharap agar semua pihak dapat mendukung pembelajaran  kami. Kami juga berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua. Dan tak lupa, kami mengharapkan kembali saran dan kritiknya.



Penulis
PENGESAHAN
Laporan ini telah disah kan di SMA Negeri 1 Kota Mungkid , Kab. Magelang, setelah diteliti, membaca, dan mempertimbangkan karya tulis ini yang berjudul “Laporan Study Lapangan” dengan mata pelajaran Sejarah Indonesia  kelas X MIPA 3, disahkan pada :
Hari             :
Tanggal       :









Wali kelas                                                                               Kepala Sekolah


Gunandir, S.Pd                                                              Asep Sukendar, M.Pd




DAFTAR ISI
Halaman Judul                                                                                            1
Kata Pengantar                                                                                           2
Pengesahan                                                                                                  3
Daftar  Isi                                                                                                   4
BAB   I  PENDAHULUAN
a.  Latar Belakang                                                                                                5
     b.  Tujuaan                                                                                                           6
BAB II  ISI
a.     Sejarah Penemuan Manusia Purba                                                       7
b.     Manusia Praaksara di Indonesia                                                           8
c.      Data jenis/spesies fosil di Museum Sangiran                                                 11
d.     Kawasan Situs Sangiran Secara Geografis                                           16
e.      Proses Evolusi Manusia (Homo Sapiens)                                            19
f.       Sejarah Berdirinya Keraton Kasunana Surakarta                                20
g.     Silsilah Kepemimpinan Raja-Raja Keraton Kasunanan Surakarta               27
h.     Manfaat Study Lapangan Di Sangiran Dan Keraton Kasunanan Surakarta
32
BAB III PENUTUP
a.     Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Tugas bagi siswa dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia salah satunya adalah pembuatan laporan hasil karya wisata study wisata.
Pembuatan karya tulis study wisata  ini bertujuan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang tempat-tempat bersejarah  yang berobjek pada Sangiran dan Keraton Kasunanan Surakarta.
Kami selaku penulis karya tulis juga tidak lupa mengucapkan puji syukur  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun karya tulis ini.
Dalam menusun laporan ini, kami juga menemukan latar belakang yang akan kami bahas seperti :
·       Sejarah Penemuan Manusia Purba                                               
·       Manusia Praaksara di Indonesia                                                   
·       Data jenis/spesies fosil di Museum Sangiran                              
·       Kawasan Situs Sangiran Secara Geografis                                  
·       Proses Evolusi Manusia (Homo Sapiens)                                   
·       Sejarah Berdirinya Keraton Kasunana Surakarta                       
·       Silsilah Kepemimpinan Raja-Raja Keraton Kasunanan Surakarta
·       Manfaat Study Lapangan Di Sangiran Dan Keraton Kasunanan Surakarta



B.Tujuan
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah :
1.   Menambah wawasan yang lebih luas
2.  Memotivasi generasi muda untuk mencintai sejarah Indonesia
3.  Sebagai referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang Keraton Kasunanan Surakarta dan Sangiran.
4. Wadah pelatihan untuk membuat sebuah makalah yang dapat di pertanggung jawabkan
5. Sebagai cara untuk memperoleh nilai yang berdasarkan observasi terhadap sejarah Indonsia



BAB II
ISI


b.     Sejarah Penemuan Manusia Purba
Buku diawali dengan penjelasan tentang Gejolak Teori Evolusi Di Akhir Abad ke-19 dari cerita tentang Charles Darwin, sang pembentuk teori evolusi 1859, kontroversi di seputarnya, para pembela dan penyerangnya, dan terakhir diceritakan tentang Eugene Dubois, dokter Belanda yang terobsesi dengan teori Darwin lalu datang ke Indonesia, mengembara ke Sumatra lalu Jawa.
Akhirnya pada tahun 1891-1892 ia menemukan di Trinil, Ngawi apa yang diyakininya sebagai missing link antara kera dan manusia : fosil batok kepala, gigi dan tulang paha kiri -ketiganya membuat Dubois menyimpulkan bahwa ketiga ex fragmen yang ditemukannya itu milik suatu makhluk bukan kera bukan manusia.
Bukan kera karena ketika diukur volume otaknya 900 cc (otak kera paling maju -simpanse 600 cc; otak manusia 1200 cc), lalu tulang pahanya menunjukkan bahwa sang empunyanya berjalan tegak (tentu saja Dubois tahu sebab ia seorang dokter ahli anatomi). Maka dua kata diberikannya untuk penemuan ini : Pithecanthrous erectus -manusia seperti kera (atau kera seperti manusia) yang berjalan tegak. Cocoklah ia sebagai missing link di antara kera dan manusia.
Pada tahun 1980-an, nama genus Pithecanthropus diubah menjadi Homo, genus yang sama dengan manusia modern.


c.       Manusia Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) di sebut manusi purba.  Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Ada beberapa jenis manusia purba yang di temukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :

1.    Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dan tertua di pulau jawa)
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan pada tahun 1941oleh Koenigswald di Sangiran (Sragen) daerah Surakarta Jawa Tengah.Fosil yang ditemukan adalah berupa rahang atas dan gigi lepas. Manusia ini hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis namun tingkatan kehidupannya lebih primitif. Dengan metode statigrafi, Fosil Meganthropus Paleojavanicus berada di lapisan puncangan yang diperkirakan berumur + 1-2 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri dari manusiapurba Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut : tulang pipi tebal, badan tegap, tonjolan kening mencolok, tida
2.     Pithecanthropus
Pithecanthropus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : hidung besar, tidak berdagu, tonjolan kening tebal melitang sepanjang pelipis.Jenis makanannyaadalah tumbuh-tumbuhan dan daging binatang buruan.
Bentuk tubuh dan wajahnya = berbeda dengan manusia sekarang.
Tingkat kehidupannya = masih primitive
Hidup dalam kelompok-kelompok dan selalu berpindah-pindah (nomaden).
Alat-alat yang digunakan = terbuat dari dari batu kasar (kapak perimbas, kapak genggam dan alat serpih)
Tinggi Badan = 165 – 180cm.
Volume otak = 750 – 1300 cc dan belum mengenal api
Metode Stratigrafi fosil Pithecanthropus ditemukan di lapisan puncak dan Kabuh.
Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta 600.000, tahun yang lalu. Pada jaman Paleolithikum (jaman batu tua)
Gigi, rahang besar dan kuat,jenis makanan tunbuh-tunbuhan.

Adapun jenis –jenis Pithecanthropus antara lain ;

A.    Pithecanthropus Erektus (Manusia kera berjalan tegak)
Fosil ini ditemukan tahun 1890 oleh Eugene Dobois di desa Trinil ( Ngawi, Jawa Timur).
Temuanya  berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, gerakan dan tulang kaki tubuh Pithecanthropus Erektus lebih maju.

B.    Pithecanthropus Soloensis (Manusia kera dari solo)
Ditemukan pada  tahun 1931 -1933. Oleh Koenigswald dan Oppennorth di daerah Ngandong dan Sangiran. Di tepi bengawan Solo.
Hasil temuanya = tulang kering dan tengkorak.
3.     Homo

Homo itu manusia yang jenisnya lebih sempurna dan lebih muda di banding kedua manusia purba yang lain.
Ciri-cirinya adalah sudah berdagu, tonjolan kening sudah berkurang. Dan tingkat kecerdasanya lebih tinggi di banding  Pithecanthropus.
Telah mengenal pertanian dan berladang tapi hidupnya masih berpindah-pindah. Hidup menetap dalam waktu agak lama kira2 tiga waktu masa panen dan berpindah lagi.
Alat-alat yang dipakai = batu yang diaasah lebih halus seperti beliung persegi, kapak lonjong dan pemukul kayu.
Hidup kira2 =  40.000 tahun yang lalu.cm
Tinggi badan = 130 – 210
Volume otaknya = 1350 – 1450 cc
Kebutuhan makanan =  sudah dihasilkan sendiri (food pruducing)

Adapun jenis jenis manusia Homo yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1.    Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 – 1934 oleh Von Koenigswald dan Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih tinggi di banding Pithecanthropus Erektus.

2.    Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur.
Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering.
Homo Wajakensis  golongan homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
d.     Data jenis/spesies fosil di Museum Sangiran

No
Nama Spesies
Nama Latin
Gambar
Keterangan
1.
Kura-kura raksasa
Geochelone Atlas

Kura-kura raksasa hidup sekitar 2 juta tahun yang lalu. Kura-kura dewasa dapat mencapai panjang 2,5 meter, tinggi 0,9 meter dan berat 850 kg.
2.
Gajah Purba
Stegodon Trigonocephalus
Gading Gajah Purba








* Rahang Bawah Gajah Purba (mandibula Elephan sp) ditemukan pada tanggal 24 November 2012 di Grogolan, Manyarejo, Plupuh, Sragen. Ditemukan di lapisan Kabuh (250.000-730.000 juta tahun yang lalu) oleh Witorejo.
* Fragmen Tulang Panggul Gajah Purba (Fragmen pelvis Elepantidae) ditemukan oleh Agus Fatturohman pada tanggal 8 Juli di Bapang Tukuran.

* Tulang paha Gajah Purba (femur sinistra Elephantidae) ditemukan oleh Parmin pada tanggal 14 Juli 2013 di daerah Grogolan, Mayuhrejo, Plupuh, Sragen.



3.
Kuda Sungai kerdil
Hexaprotodon sivalensi
Kuda Sungai hidup dan lama bertahan pada kala Pleistosen di rawa-rawa sekitar Jaw (kini). Baik ditemukan pada awal ataupun akhir.
4.
Babi Purba

Hewan yang hidup di Sangiran sekitar 700.000 tahun yang lalu dengan moncongnya yang peka untuk mencari makanan tumbuhan dan serangga.
7.
Buaya Purba
Crocodylus dan Gavialis
Gavialidae dan Crocodylidae adalah sejenis famili Gavilidae. Yang ada di Sangiran adalah Gavialis bengawanensis. Ukuran tubuhnya 3,5-6,2 meter dengan berat 159-181 kg. Sedangkan
Crocodyliae adalah Crocodylus sp,- panjangnya
  mencapai 6,2 m dan berat lebih dari 1200 kg.
8.
Kuda Sungai kerdil

Hexaprotodon sivalensi

Kuda Sungai hidup dan lama bertahan pada kala Pleistosen detemukan pada rawa-rawa lapisan awal ataupun akhir.
9.
Kerbau Purba


10
Kudanil Purba


11
 Homo Erectus


Homo Erectus adalah manusia penjelajah pertama di dunia. Homo Erectus mampu menelusur berbagai belahan dunia dan beradaptasi dikala awal Pleistosen.
.12
Homo Sapiens

Sejak 8.000.000 tahun yang lalu spesies ini telah hidup.
Dengan kemampuan yang dimiliki, mampu mengubah peradaban.

13
Cro-Magnon

Manusia Cro-Magnon adalah seniman ulung pertama, meninggalkan warisan kaya dalam bentuk lukisan gua, pahatan dan patung ukir.




14








Manusia Australis












Australopithecus africanus

Selain memakan tumbuhan dan buah, manusia jenis ini juga telah menjadi pemakan daging, sehingga mereka merupakan spesies pertama yang melakukan perburuan binatang besar. Temuan tulang binatang yang berasiosisasi langsung dengan fosil Australopithecus membuktikan hasil temuan tersebut .

15
Ramapiteus


Ramapitechus
Primata paling purbadengan tidak tinggi lebih dari 1 meter. Temuan beberapa gigi serta sejumlah kepingan rahang atas dan bawah mempunyai bentuk harminid.

16
Australopithecus robustus dan Australopithec boisae

Bertipe kekar,
17
Batu Inti Kalesedon

Berupa alat serpih
18
Batu Inti Gamping Kresikan

Berupa alat serpih/limbah



e.      Kawasan Situs Sangiran Secara Geografis
Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen adalah pintu gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten Sragen juga sering disebut sebagai “Tlatah Sukowati” yang mempunyai wilayah seluas 941,55 KM 2, dengan topografi sebagai berikut:
·       Di tengah-tengah wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa
·       Daerah sebelah selatan merupakan bagian dari lereng Gunung Lawu
·       Sebelah utara merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng
·       Sebelah barat merupakan kawasan yang sangat terkenal dengan sebutan “Kubah Sangiran”.

1.    Museum Sangiran terletak di :
·       Terletak di desa Krikilan,Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari Solo)
·       Sangiran Dome menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen ( + 2 juta tahun lalu). Fosil-fosil purba ini merupakan 65 % fosil hominid purba di Indonesia dan 50 % di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan.
·       Sebagai  World  Heritage  List  (Warisan Budaya  Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya :ruang pameran (fosil  manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran. Keistimewaan Sangiran,
Berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa  purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan  dengan lapisan-lapisan tanah  pembentuk  wilayah  Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya.
 Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.

















Gambar lapisan tanah yang menggambarkan zaman dahulu berupa lautan (ditemukannya kulit kerang)


                   

Dome Sangiran” atau Kawasan Sangiran yang memiliki luas wilayah sepanjang bentangan dari utara sampai selatan sepanjang 9 km. Barat sampai timur sepanjang 7 km. Masuk dalam empat kecamatan atau sekitar 59,3 km2. Temuan fosil di “Dome Sangiran” di kumpulkan dan disimpan di Museum Sangiran.  Temuan fosil di Sangiran untuk jenis Hominid Purba (diduga sebagai asal evolusi manusia) ada 50 jenis/individu. Untuk fosil-fosil yang diketemukan di kawasan Sangiran merupakan 50% dari temuan fosil di dunia dan merupakan 65% dari temuan di Indonesia. Oleh karena itu dalam sidang yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, Sangiran ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Haritage List”  Nomor 593.












f.       Proses Evolusi Manusia (Homo Sapiens)
Charles Darwin meninggal pada 1882, ia tak menyaksikan penemuan-penemuan fosil-fosil di sekeliling hominid (makhluk mirip manusia) yang menunjukkan apa yang digagas Darwin mungkin benar  tentang  evolusi. Fosil-fosil yang ditemukan Dubois dan banyak ahli lainnya pada abad ke-20 telah dapat menunjukkan bahwa telah terjadi evolusi dari hominid paling primitif ke hominid paling modern dan mungkin juga manusia modern. Teori evolusi menimbulkan kontroversi yang besar saat Darwin hidup tentu salah satunya karena bukti-bukti fosil saat itu belum ditemukan. Meskipun bukti-bukti fosil telah sedemikian terang menunjukkan bahwa evolusi adalah fakta, sampai sekarang pun masih terjadi pro dan kontra evolusi itu. “Peperangan” menjadi lebih seru lagi ketika kaum kreasionis Kristen maupun Islam maju serentak menyerang para evolusionis.
Di Museum Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah.











g.      Sejarah Berdirinya Keraton Kasunana Surakarta
Penembahan Senopati yang waktu mudanya bernama Sutowijoyo memerintah di Mataram dari tahun 1585 sampai dengan tahun 1601. Pada tahun 1601 Raden Mas Jolang yang bergelar Susuhunan Hadi prabu Hanyakrawati menggantikan sebagai raja Mataram sampai dengan tahun 1913. setelah Susuhunan Hadi Prabu Hanyakrawati meninggal beliau digantikan oleh Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, yang memerintah mulai tahun 1613 sampai tahun 1945. Pada saat pemerintahan Sultan Agung, keraton Mataram berada dalam puncak kejayaan. Karena banyak raja-raja yang ditaklukkan, yaitu raja-raja pesisir Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan Barat, Madura, Surabaya dan Cirebon.
Sultan Agung merupakan figur raja yang taat kepada agama Uslam dan tidak senang pada Belanda yang berada di tanah Jawa. Sultan Agung mempunyai cita-cita untuk menguasai seluruh pulau Jawa. Namun cita-cita Sultan Agung untuk menguasai seluruh pulau Jawa gagal. Karena pada waktu itu terdapat tiga kekuatan politik yaitu Mataram, Banten dan VOC di Batavia.
Rasa tidak senang dari Sultan Agung pada Belanda tersebut dapat kita lihat pada usaha Sultan Agung yang dua kali menyerang VOC di Batavia, sebagai pusat pemerintahan Belanda di Jawa. Tetapi usaha tersebut gagal karena terjangkitnya wabah penyakit dan kurangnya bahan pangan karena lumbung padi dibakar oleh Belanda. Sebagai rasa hormat dari pemerintah Indonesia yang sekarang telah merdeka maka Sultan Agung mendapatkan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Nasional yang berusaha mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Pada saat pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, beliau banyak menjalin hubungan yang bersifat ekonomis dan politik dengan daerah-daerah lain. Bukti kerjasama tersebut dalam bidang ekonomi adalah Palembang dan Jambi menggantungkan kebutuhan berasnya dari Mataram. Karena rakyat di Palembang dan Jambi lebih suka menanam lada daripada padi. Juga pada tahun 1641 Mataram menjalin hubungan dengan bangsa Portugis di Malaka, Mataram mengirim beras ke Portugis di Malaka sedang bangsa Portugis di Malaka menyediakan keperluan sandang dan keperluan-keperluan perang Mataram. Sedangkan bukti kerjasama dalam bidang politik yaitu memberikan perlindungan kepada Palembang dan Jambi agar terhindar dari Expansi Aceh dan Banten. Yang kemudian perlindungan itu berakhir pada tahun 1642, pada saat armada Mataram dihancurkan oleh armada VOC di dekat Palembang. Bahkan sultan Agung Hanyakrakususma juga menjalin hubungan dengan pusat agama Islam di Mekkah, berkat hubungan tersebut beliau memperoleh gelar Sultan (Soewarso, 1985 :45).
Di zaman ini juga kebudayaan mengalami perkembangan yang pesat. Hasil kebudayaan Mataram menunjukkan adanya perpaduan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Hindu dan Budha pada saat itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dan kuat terhadap kebudayaan asli Jawa.
Pada tahun 1645 Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma meninggal kemudian beliau digantikan oleh Susuhunan Amangkurat I atau Amangkurat Agung yang memerintahkan mulai tahun 1645. berbeda dengan Ayahnya Susuhunan Amangkurat I bukan sebagai seorang raja yang bijaksana dan berwibawa, tetapi seorang raja yang bertangan besi dan bersahabat dengan VOC/Belanda, sehingga banyak ulama dan para bangsawan yang tidak senang kepada Amangkurat I. Sikap Amangkurat dalam menjalankan pemerintahan dengan tangan besi dan berusaha menggenggam seluruh kekuasaan tersebut terbukti pada masa itu para ulama dan sebagian rakyat dikejar-kejar, bahkan ribuan yang dihukum mati, karena mereka menentang politik Amangkurat I yang menjalin kerjasama dengan VOC. Para ulama yang berpengaruh besar terhadap rakyat, dianggap menyaingi kedudukan dan kekuasaannya.
Cara Kejam Amangkurat I untuk mematahkan kekuasaan para ulama yang selalu menentang Belanda ternyata tidak berhasil. Para ulama terus menyusun kekuasaan, dibawah Sunan Giri, para ulama akhirnya bangkit sentak untuk mematahkan kekuasaan Amangkurat I. Sikap Amangkurat I terhadap raja-raja taklukan sangat kerja. Mereka yang dianggap membahayakan Mataram, selalu dipecat dan digantikan dengan bangsawan Mataram yang telah jelas-jelas taat dan setia kepadaanya. Bahkan raja raklukan tersebut banyak yang dibunuh. Oleh sebab itu lambat laun timbul rasa tidak puas terhadap pemerintahan Amangkurat I. Para bangsawan Mataram yang tidak puas terhadap pemerintahan Amangkurat I tersebut justru dipimpin oleh Adipati Anom (Putra Mahkota) yang bersekutu dengan Trunojoyo. Akhirnya terjadi pemberontakan terhadap Mataram yang dipimpin oleh Trunojoyo yang bersekutu dengan Adipati Anom dan para bangsawan Mataram serta para ulama.
Mataram dapat direbut oleh Trunojoyo, sedang Amangkurat I beserta pengikutnya meninggalkan Mataram hendak minta bantuan kepada VOC di Batavia. Amangkurat I menunjuk Adipati Anom untuk menyerang Trunojoyo, tetapi Adipati Anom tidak bersedia, karena dia bersekutu dengan Trunojoyo. Dengan berbekal tumbal Kyai Pleret milik Amangkurat I. serangan Pangeran Puger terhadap Trunojoyo berhasil melumpuhkan kekuatan pasukan Trunojoyo. Perjalnan Amangkurat I ke Batavia sampai di Tegal Arum. Di tempat tersebut Amangkurat I meninggal. Setelah Amangkurat I meninggal, Adipati Anom menjadi bingung karena tumbak Kyai Pleret yang menjadi simbol kerajaan Mataram berada di tangan Pangeran Puger.
Adipati Anom tidak meneruskan perjalanan ke Batavia, melainkan meminta bantuan kepada VOC di Jepara. Adipati Anom bersedia meluluskan apa saja yang diminta VOC asakan dia dapat menjadi raja Mataram. Berkat Bantuan VOC Trunojoyo dapat dikalahkan dan Adipati Anon menggantikan Amangkurat I menjadi raja Mataram pada tahun 1677 bergelar Amangkurat II. Dengan bertahtanya Amangkurat II berarti kekuasaan Mataram telah mulai dirongrong oleh Belanda.
Pada saat pemerintahan Sunan Amangkurat II, karena keraton Mataram sudah rusak akibat pemberontakan Trunojoyo, maka Sunan Amangkurat II melanjutkan pemerintahan di Kartasura pada tahun 1703. setelah beliau wafat digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat III atau Amangkurat Mas. Sebelum Amangkurat II meninggal beliau berpesan kepada Amangkurat III agar berhati-hati terhadap pamannya yaitu Pangeran Puger. Pangeran Puger merasa jengkel karena dialah sebenarnya yang berhak menjadi raja. Untuk menghilangkan kejengkelan hati Pangeran Puger, maka Amangkurat III dikawinkan dengan anak perempuan Pangeran Puger.
Amangkurat III ternyata bersifat suka main perempuan, sehingga sering terjadu pertengkaran dengan istrinya, yang berakhir dengan perceraian. Anak Pangeran Puger yang menjadi istrinya dikembalikan kepada Pangeran Puger yang sudah barang tentu membuat sakit Pangeran Puger. Sebagai raja, Amangkurat III merasakan betapa berat dan kuatnya pengaruh VOC terhadap negaranya. Oleh sebab itu, Amangkurat III hendak melepaskan Mataram dari belenggu VOC terhadap negaranya. Para bangsawan yang nyata-nyata memihak kepadas VOC segera bertindak. Banyak diantaranya yang dipecat. Sikap Amangkurat III tersebut banyak mendapat tantangan dari segolongan bangsawan di lingkungannya. Situasi politik itu sangat menggembirakan Pangeran Puger (adik Amangkurat II) yang sejak semula ingin menjadi raja.
Dengan segolongan kaum bangsawan yang tidak senang pada Amangkurat III, Pangeran Puger mengadakan perbutan kekuasaan yang akhirnya dapat digagalkan Pangeran Puger lari ke Semarang meminta bantuan kepada VOC. Dengan senang hati VOC menerima Pangeran Puger. VOC bersedia membantu Pangeran Puger untuk merebut tahta Mataram, karena Amangkurat III menentang VOC, setelah Pangeran Puger menandatangani perjanjian untuk memberi hadian kepada VOC, VOC mengangkat Pangeran Puger sebagai Sunan di Kartasura dengan gelar Sunan Paku Buwono I. Pada tahun 1705 pasukan VOC dan pengikut-pengikut Pangeran Puger merebut Kertasura. Dengan demikian Sunan Amangkurat II bertahta hanya 2 tahun dari tahun 1703 sampai dengan tahun 1705, sedangkan Sunan Paku Buwono I, bertahta di Kartasura sejal tahun 1705 sampai dengan 1719. Sebagai balas jasa VOC yang telah menduduki dirinya sebagai raja di Kartasura, Paku Buwono I menyerahkan daerah Priangan, Cirebon dan Madura Timur kepada VOC. Disamping itu setiap tahunnnya Kartasura bersedia mengirimkan sejumlah beras ke Batavia. Sejak saat itu pengaruh kekuasaan VOC di Kartasura semakin besar.
Setelah Paku Buwono meninggal, beliau digantikan oleh Susuhunan Prabu Amangkurat IV atau Sunan Amangkurat Jawi atau Sunan Prabu. Amangkurat IV bertahta di Kartasura dari tahun 1917 sampai dengan tahun 1727. kemudian beliau digantikan oleh Sunan Buwono II, mulai tahun 1927. pada tahun 1742 orang-orang Cina pelarian dari Batavia bekerja sama dengan Mas Garendi. Mas Garendi adalah Cucu Sunan Mas. Mas Garendi bertahta di Katasura dengan gelar Amangkurat V, beliau bersikap melawan Belanda. Sedang Sunan Paku Buwono II meminta bantuan VOC. Setelah beliau menadatangani tentang imbalan yang akan diberikan VOC, kemudian VOC menyerang Mas Garendi untuk merebut Kartasura. Setelah kekuasaannya hancur, Mas Garendi menyerah kepada VOC. Selanjutnya beliau dibuang ke Srilangka. Berkat bantuan VOC, Sunan Paku Buwono II bertahta kembali di Kartasura. Seperti halnya Mataram, Keraton Kartasura rusak karena perbuatan Raden Mas Garendi. Menurut kepercayaan kuno di Jawa, bila keraton sebagai pusat kejayaan dan kebebasan sebuah kerajaan telah diduduki atau dirusak oleh tangan tangan kotor, tiba saat untuk membangun sebuah istana yang baru (Wibisono, 1980 :2).
Di Kartasura Sunan Paku Buwono II mengemukakan keinginannya untuk memindahkan Keraton Kartasura yang sudah rusak. Pada saat itu Baginda Sunan Pakubowono II sedang diliputi kesedihan karena baru saja kedatangan utusan VOC bernama Hogendrop yang membicarakan pelaksanaan beberapa permintaan VOC sangat merugikan Keraton Kartasura, sebagai imbalan kepada VOC yang telah membantu Paku Buwono II merebut tahta kembali Kartasura.
Dalam perjanjian itu antara lain disebutkan bahwa seluruh pantai utara Pulau Jawa dan seluruh pulau Madura diserahkan kepada VOC. Penyerahan wajib yang berupa hasil bumi diperbesar jumlahnya. Patih dan Bupati hanya dapat ditetapkan oleh Sunan bersama-sama dengan VOC. Baginda lalu menyerahkan dan memberikan persetujuan kepada Van Hogendrop untuk menghubungi pepatih Raden Tumenggung Pringgolo dan Sindurejo. Mereka meninjau sendiri daerah sekita Kartasura. Mereka melepaskan lebah di bawah sebuah pohon rindang di desa Sala, Mayor Van Hogendrop mengusulkan Sala sebagai pusat pemerintahan Kartasura. Dengan alasan apabila raja ingin mendatangkan kayu jati dari hutan selatan akan mudah karena tidak kekurangan orang juga tidak kekurangan beras yang dapat didatangkan dari Ponorogo. Tetapi kedua Patih menolak dengan alasan Sala daerahnya rendah, kalau hujan akan terendam air. Tetapi dilihat letaknya Sala berada di tepi sebuah sungai besar, strategis sekali dan mudah didatangi dari pantai bila keadaan memaksa. Akhirnya Keraton Kartasura Hadiningrat dipindahkan ke Surakarta Hadiningrat pada tahun 1748. Pada tahun 1749 Sunan Paku Buwono II sakit dan kemungkinan sehat kembali sangat kecil. Keraton Surakarta merupakan kelanjutan dari Keraton Mataram yang pada tahun 1677 padas hakekatnya telah runtuh akibat pemberontakan Trunojoyo. Berkat bantuan VOC Keraton yang telah runtuh itu dihidupkan kembali dengan aneka ragam perjanjian. Sedangkan raja-raja yang memerintah selanjutnya tidak lebih hanyalah sebuah boneka yang dikendalikan oleh Belanda. Paku Buwono II meninggal pada tanggal 20 Desember 1749 dan digantikan oleh Sunan Paku Buwono III yang memerintah dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1788. penyerahan Keraton Surakarta kepadas VOC dan pengangkatan Paku Buwono III sebagai sunan tidak disetujui oleh Pangeran Mangkubumi. Karena bagian tanah bengkok yang milik Pangeran Mangkubumi dikurangi oleh Belanda.
Pada saat yang bersamaan di Yogyakarta Pangeran Mangkubumi dinobatkan oleh pengikut-pengikutnya sebagai Sultan Yogyakarta dengan gelar Hamengkubuwono. VOC tidak mau mengakuinya. Oleh karena itu berlawanan menentang Belanda diteruskan. Sejak saat itu Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan kelanjutan dari Mataram pecah menjadi dua. Yaitu Yogyakarta dengan Hamengku Buwono yang melawan VOC dan di Surakarta dengan Hamengku Buwono III yang menjadi antek VOC. Setelah Paku Buwono III meninggal, beliau digantikan oleh Susuhunan Paku Buwono IV dari tahun 1788 sampai dengan tahun 1820. kemudian Susuhunan Paku Buwono V menggantikannya dari tahun 1820 sampai dengan tahun 1823. selanjutnya Susuhunan Paku Buwono VI berusaha untuk melawan sehingga beliau dibuang oleh Belanda ke Ambon. Sebagai penghargaan dan rasa hormat kepada Sunan Paku Buwono VI maka pemerintah Indonesia memberi penghargaan sebagai Pahlawan Nasional.
Pengganti Sunan Paku Buwono adalah Susuhunan Paku Buwono VII, salah seorang putra dari Sunan Paku Buwono IV, yang bertahta dari tahun 1830 sampai dengan tahun 1858. sebagai gantinya adalah salah seorang lagi putra dar Sunan Paku Buwono IV yang bergelar paku Buwono VIII, bertahta dari tahun 1858 sampai dengan tahun 1861. Pada tahun 1861 sampai dengan 1893 pemerintah dipegang oleh Susuhunan Paku Buwono IX. Setelah beliau meninggal digantikan oleh Paku Buwono X yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Minulya Saha Ingkang Wicaksono Kanjeng Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing Ngalolo Ngabdulrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Kaping X (Volks Almanah Djawi, 1937 : 25).
Pada saat pemerintahan Sunan Paku Buwono X, beliau menciptakan lambang keraton Kasunanan Surakata. Bentuk lambang yang diciptakan oleh Susuhunan Paku Buwono X tersebut adalah sebagai berikut :
  • Gambar Matahari di sebelah kanan – melambangkan putra dari Paku Buwono I yang bernama R.M. Gusti Suryo
  • Gambar Bulan di sebelah kiri – melambangkan putra dari Paku Buwono I yang bernama R.M. Sasongko
  • Gambar di sebelah atas – melambangkan putra dari Paku Buwono I yang bernama R.M. Gusti Sudomo
  • Gambar Bola dunia sebelah bawah yang terdapat paku pada kutup atas (GPH, Broto, 1980 : 18) – melambangkan raja Kasunanan yang bergelar Paku Buwono.
Dari keempat lambang tersebut tidak keterangan tentang keistimewaan mereka, sehingga mereka dipakai sebagai lambang. Keempat benda tersebut dapat dalam sebuah perisai yang berbentuk bulat telur yang posisinya tegak. Hal tersebut melambangkan terwujudnya kemanunggalan yang kokoh dan kuat yang terlindung dari perisai. Pada bagian atas perisai tersebut terdapat mahkota raja, di bawah pengayoman Sri Susuhunan. Di seputar perisai di lingkari oleh untaian kapas dan sewuli (Sebutir padi) hal tersebut melambangkan agar rakyatnya hidup berkecukupan, adil makmur baik sandang maupun pangan.
Lambang Keraton Kasunanan Surakarta terdapat persamaan dengan lambang-lambang negara kita yaitu Garuda. Sunan Paku Buwono X bertahta dari tahun 1893 sampai dengan 1939. kemudian pada tahun 1939 sampai dengan tahun 1945 beliau meninggal digantikan oleh Susuhunan Paku Buwono XII pada tahun 1945 sampai sekarang. Raja-raja kasunanan Surakarta sangat memperhatikan kebudayaan Jawa hingga saat ini walaupun kedudukan raja tidak seperti dulu, tetapi adat kebudayaan Jawa tetap dijaga dan dilestarikan. Hal tersebut dapat kita lihat pada setiap kirap pusaka I sura. Grebeg Mauludan dan upacar perkawinan di Keraton Kasunanan Surakarta.


h.    Silsilah Kepemimpinan Raja-Raja Keraton Kasunanan Surakarta
Susunan raja-raja yang pernah bertahta di Kasunanan Surakarta Hadiningrat dimulai dari Sri Susuhunan Pakubuwono II (1745-1749) sebagai pendiri kerajaan ini. Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan kelanjutan dari kerajaan yang didirikan sebelumnya, yakni Kasunanan Kartasura Hadiningrat yang berturut-turut dipimpin oleh Amangkurat II (1680-1702) sebagai pendirinya, Amangkurat III (1702-1705), Sri Susuhunan Pakubuwono I (1705-1719), Amangkurat IV (1719-1726), dan Sri Susuhunan Pakubuwono II (1726-1742) sebagai raja terakhir Kasunanan Kartasura Hadiningrat yang kemudian memindahkan pusat kerajaan ke Solo sekaligus sebagai tanda bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat resmi didirikan. Berikut ini adalah susunan raja-raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat:
1.    Sri Susuhunan Pakubuwono II (1745-1749) , bernama asli Raden Mas Prabasuyasa, lahir pada tanggal 8 Desember 1711, naik tahta pada tanggal 15 Agustus 1726, dan wafat pada tanggal 20 Desember 1749. Beliau adalah raja Kasunanan Kartasura Hadiningrat terakhir yang kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Kartasura ke Solo dan mendirikan Kasunanan Surakarta Hadiningrat sejak tahun 1745.
2.    Sri Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788), bernama asli Raden Mas Suryadi, lahir di Kartasura pada tahun 1732, dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 Desember 1749, dan meninggal dunia pada tanggal 26 September 1788. Beliau adalah raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat pertama yang diangkat oleh Belanda.
3.    Sri Susuhunan Pakubuwono IV (1788-1820), bernama asli Raden Mas Subadya dan mendapat julukan Sunan Bagus karena wajah beliau yang rupawan ketika dinobatkan menjadi raja dalam usia muda. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 September 1768, naik tahta pada tanggal 29 September 1788, dan wafat pada tanggal 2 Oktober 1820. Beliau dikenal piawai dalam bidang sastra, terutama yang bersifat rohani. Salah satu karya sastra beliau adalah Serat Wulangreh.
4.    Sri Susuhunan Pakubuwono V (1820-1823), bernama asli Raden Mas Sugandi dan mendapat panggilan dengan nama Sunan Sugih karena kekayaan lahir dan batin yang beliau miliki. Beliau lahir pada tahun 1785, naik tahta pada tanggal 10 Februari 1820, dan meninggal dunia pada tanggal 5 September 1823. Seperti ayahandanya, beliau juga dikenal sebagai sastrawan dan seniman, salah satu karya sastra ciptaan beliau yang paling terkenal adalah Serat Centhini.
5.    Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1823-1830), bernama asli Raden Mas Sapardan, dikenal juga dengan sebutan Sinuhun Bangun Tapa karena beliau sering melakukan meditasi atau tapa brata. Beliau lahir di Surakarta pada tanggal 26 April 1807, naik tahta pada tanggal 15 September 1823, dan wafat di Ambon pada tanggal 2 Juni 1849. Oleh pemerintah Republik Indonesia, Sri Susuhunan Pakubuwono VI ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
6.    Sri Susuhunan Pakubuwono VII (1830-1858), bernama asli Raden Mas Malikis Solikin, lahir pada tanggal 28 Juli 1796, naik tahta pada tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, Pakubuwono VI yang dibuang ke Ambon oleh Belanda, dan wafat pada tanggal 28 Juli 1858.
7.    Sri Susuhunan Pakubuwono VIII (1859-1861), bernama asli Raden Mas Kusen, lahir pada tanggal 20 April 1789, naik tahta pada tanggal 17 Agustus 1858 dalam usia 69 tahun untuk menggantikan saudara tirinya (saudara sebapak namun lain ibu) yaitu Pakubuwono VII, dan meninggal dunia pada tanggal 28 Desember 1861.
8.    Sri Susuhunan Pakubuwono IX (1861-1893), bernama asli Raden Mas Duksino, lahir pada tanggal 22 Desember 1830, ditabalkan sebagai Raja Surakarta pada tanggal 30 Desember 1861, dan wafat pada tanggal 16 Maret 1893. Pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IX inilah yang oleh pujangga besar Ranggawarsita disebut sebagai zaman edan.
9.    Sri Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939), bernama asli Raden Mas Malikul Kusno, lahir pada tanggal 29 November 1866, naik tahta pada tanggal 30 Maret 1893, dan wafat pada tanggal 1 Februari 1939. Beliau adalah sosok yang nasionalis dan sangat mendukung pergerakan nasional dengan ikut serta aktif dalam organisasi pergerakan, yaitu Sarekat Islam cabang Solo. Oleh rakyat Surakarta di masa beliau memerintah, Sri Susuhunan Pakubuwono X mendapat gelar kehormatan sebagai Sunan Panutup, atau Raja Besar Surakarta yang terakhir.
10.       Sri Susuhunan Pakubuwono XI (1939-1944), bernama asli Raden Mas Antasena, lahir pada tanggal 1 Februari 1886, dinobatkan sebagai Raja Surakarta pada tanggal 26 April 1939, dan meninggal dunia pada tahun 1945, beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka. Masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono XI berlangsung ketika Perang Dunia II meletus, dan era kepemimpinan beliau mengalami pergantian pemerintahan kolonial, dari Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang sejak tahun 1942.

11.       Sri Susuhunan Pakubuwono XII (1945-2004), bernama asli Raden Mas Suryaguritna, dilahirkan pada tanggal 14 April 1925, naik tahta pada tanggal 11 Juni 1945, dan wafat pada tanggal 11 Juni 2004. Pada pemerintahan beliau, Indonesia menyatakan kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat. Sri Susuhunan Pakubuwono XII adalah raja terlama yang pernah memimpin Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yaitu selama 59 tahun, dari tahun 1945 sampai dengan tahun 2004.

    §            Silsilah Raja-Raja Keraton Surakarta Hadiningrat
Silsilah Raja-Raja keraton Surakarta ini diawali dari Panembahan Senopati Ing Ngalogo, Pendiri Mataram diakhir abad ke-16 Masehi. Panembahan Senopati merupakan leluhur (cikal bakal/keturunan/bapa babu) semua Susuhunan Paku Buwono Keraton Surakarta. Para Kanjeng Susuhunan Paku Buwono adalah keturunan (trah)  “pancar-kakung” ( garis laki-laki” dari Panembahan Senopati. Silsilah artinya asal usul keturunan.
Adapun silsilah Raja-raja Keraton Surakarta dimulai dari Mataram sebagai berikut:
       i.            Keraton Mataram
1)   Kanjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo berputra
2)   Susuhunan Prabu Hanyokrowati (Sunan Seda Krapyak) berputra
3)   Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, berputra
4)   Susuhunan Hamangkurat I (Hamangkurat Agung), berputra
5)   Susuhunan Hamangkurat II (Hamangkurat Amral) dan Pangeran Puger, setelah itu Keraton berpindah ke Kartasura, karena terjadi pemberontakan Trunodjoyo di Mataram.
    ii.            Keraton Kartasura
6)   Susuhunan Hamangkurat II (Amral), berputra Susuhunan Hamangkurat III ( Hamangkurat Mas/Kencet)
7)   Susuhunan Hamangkurat Agung ( Hamangkurat I), berputra Pangeran Puger yang naik tahta menjadi Susuhunan Paku Buwono I,berputra
8)   Susuhunan Prabu Hamangkurat Jawa( Hamangkurat IV), berputra
9)   Susuhunan Paku Buwono II, kemudian keratin berpindah ke Desa Sala yang selanjutnya menjadi keratin Surakarta Hadiningrat. 
 iii.            Keraton Surakarta
1.    Susuhunan Paku Buwono II, berputra
2.    Susuhunan Paku Buwono III, berputra
3.    Susuhunan Paku Buwono IV, berputra
4.    Susuhunan Paku Buwono V, Paku Buwono VII dan Paku Buwono VIII
5.    Susuhunan Paku Buwono V, berputra
6.    Susuhunan Paku Buwono VI, berputra
7.    Susuhunan Paku Buwono IX, berputra
8.    Susuhunan Paku Buwono X, berputra
9.    Susuhunan Paku Buwono XI, berputra
10.                       Susuhunan Paku Buwono XII yang memerintah keraton Surakarta sampai sekarang ini.

Adapun masa pemerintahan para Susuhunan Paku Buwono yang memerintah Keraton Surakarta adalah sebagai berikut.
1)   Susuhunan Paku Buwono II (Sunan Kambul)
1670-1674 J/1745-1749 M
2)   Susuhunan Paku Buwono III(Sunan Suwarga)
1675-1714 J/1745-1749M
3)   Susuhunan Paku Buwono IV (Sunan Bagus)
1714-1747J/1788-1820 M
4)   Susuhunan Paku Buwono V (Sunan Sugih)
1748-1751J/1820-1823 M
5)   Susuhunan Paku Buwono VI (Sunan Bangun Tapa)
1751-1758 J/1823-1830 M
Ditetapkan menjadi pahlawan kemerdekaan Nasional oleh Presiden RI Ir.Soekarno tahun 1964.
6)   Susuhunan Paku Buwono VII (Sunan Pumbaya)
1758-1786 J/ 1830-1858 M
7)   Susuhunan Paku Buwono VIII (Sunan Hangabehi)
1786-1790 J/ 1858-1861 M
8)   Susuhunan Paku Buwono IX ( Sunan Nata Guru)
1790-1922 J/ 1861-1893 M
9)   Susuhunan Paku Buwono X (Sunan Suwarga)
1822-1870  1893-1939 M
     10)Susuhunan Paku Buwono XI (Sunan Hangabehi)
            1876 J /1945 M                   sampai sekarang.

Catatan :
J   : tahun Jawa
M : tahun Masehi
i.       Manfaat Study Lapangan Di Sangiran Dan Keraton Kasunanan Surakarta

A.   Manfaat Study Lapangan di Sangiran :
1.    Mempelajari secara langsung sejarah manusia purba
2.    Melihat lokasi-lokasi penemuan fosil manusia purba secara langsung
3.    Melihat secra langsung keadaan geografi Sangiran
4.    Bangga dengan Sangiran sebagai salah satu pusat penelitian manusia purba terpenting di dunia
5.    Menambah wawasan dan pengalaman

B.   Manfaat Study Lapangan di Keraton Surakarta :
1.    Mempelajari secara langsung Keraton Kasunanan Surakart sebagai pusat budaya jawa
2.    Mempelajarai budaya atau culture yang ada di lingkungan keratin
3.    Semakin bangga akan kebudayaan yang ada di wiliyah Indonesia khususnya budaya jawa
4.    Belajar nilai-nilai kehidupan atau pesan-pesan moral dari sang pemandu
5.    Menambah wawasan dan pengalaman









BAB III
PENUTUP
A.                        Kesimpulan
Dengan study lapangan yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2013 kami bisa membuat kesimpulan bahwa
A.  Situs Manusia Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti saat ini. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia. Darwin memang tidak pernah menyebut langsung bahwa “ Manusia berevolusi dari kera” tetapi tidak salah jika sebagian orang menerjemahkan seperti itu. Darwin meyakini bahwa semua mahkluk hidup berasal dari satu sel purba nenek moyang kita dan kemudian berevolusi secara fisik mnuju bentuk yang semakin sempurna artinya bahwa semua mahkluk hidup yang paling sempurna merupakan hasil evolusi dari mahkluk lain.Ini yang menjadikan sebuah kontroversi dan tidak bisa diterima oleh semua pihak, karena ada anggapan Bhwa setiap mahkluk hidup adalah spesial diciptakan secara khusus oleh Tuhan dan dengan perlakuan yang istimewa. Dan hingga saat ini teory Darwin atau yang di kenal dengan teory evolusi bisa dibuktikan dengan penemuan-penemuan Fosil purbakala di Sangiran.
B.   Keraton Surakarta berdiri pada tanggal 27 Februari 1945 atas prakarsa Ingkang Sinuhun Paku Buwono II, Keraton Surakarta merupakan perpindahan Keraton Kartasura yang namanya diganti menjadi Wanamarta. Keraton Kasunanan Surakarta telah diperintah oleh Raja Ingkang Sinuhun Paku Buwono II sampai Paku Buwono XII. Keraton Kasunanan Surakarta mengalami kejayaan masa perintah Ingkang Sinahun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono X. Museum Keraton Surakarta terdiri dari 9 ruangan yang masing-masing ruangan rerdapat benda-benda purba kala yang bersejarah. Keraton Surakarta dapat dikatakan sebagai sumber devisa negara dan budaya bangsa dari Jawa Tengah

Dalam study lapangan ke Keraton Kasunanan Surakarta dan Sangiran kami memperoleh banyak pengalaman dan ilmu tambahan di luar kelas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyusun laporan ini. Semoga dengan laporan ini dapat membantu proses pembelajaran siswa siswi SMA Negeri 1 Kota Mungkid khususnya kami.
Tak lupa kami juga mengharapkan kritik dan sarannya kembali dari para pembaca.