Laporan Study Lapangan
SEJARAH
Nama
Kelompok :
vSarah
Ayu A (18)
vYosasmita
B A (29)
vVatjarjinanto (22)
SMA
N 1 KOTA MUNGKID
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan kelimpahan-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak dan Ibu Guru yang membimbing kami dalam membantu menyelesaikan laporan
ini. Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman SMA N 1
Kota Mungkid yang telah memberikan saran dan kritiknya kepada kami khususnya
teman-teman X MIPA 3.
Tiada Gading yang tak retak, begitu pula
dengan laporan yang kami buat. Namun, kami sebagai penulis telah berusaha
semaksimal mungkin agar dapat membuat laporan ini sebagai tugas study banding
ke Keraton Kasunanan Surakarta dan Sangiran.
Oleh karena itu, kami berharap agar
semua pihak dapat mendukung pembelajaran kami. Kami juga berharap agar laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua. Dan tak lupa, kami mengharapkan kembali saran dan
kritiknya.
Penulis
PENGESAHAN
Laporan
ini telah disah kan di SMA Negeri 1 Kota Mungkid , Kab. Magelang, setelah
diteliti, membaca, dan mempertimbangkan karya tulis ini yang berjudul “Laporan
Study Lapangan” dengan mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X MIPA 3, disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Wali kelas Kepala Sekolah
Gunandir, S.Pd Asep Sukendar, M.Pd
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Pengesahan 3
Daftar Isi 4
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang 5
b.
Tujuaan
6
BAB II ISI
a. Sejarah
Penemuan Manusia Purba 7
b.
Manusia
Praaksara di Indonesia 8
c. Data
jenis/spesies fosil di Museum Sangiran 11
d. Kawasan
Situs Sangiran Secara Geografis 16
e. Proses
Evolusi Manusia (Homo Sapiens) 19
f. Sejarah
Berdirinya Keraton Kasunana Surakarta 20
g. Silsilah
Kepemimpinan Raja-Raja Keraton Kasunanan Surakarta 27
h. Manfaat
Study Lapangan Di Sangiran Dan Keraton Kasunanan Surakarta
32
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tugas bagi siswa dalam belajar
bahasa dan sastra Indonesia salah satunya adalah pembuatan laporan hasil karya
wisata study wisata.
Pembuatan karya tulis study
wisata ini bertujuan untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang tempat-tempat bersejarah yang berobjek pada Sangiran dan Keraton
Kasunanan Surakarta.
Kami selaku penulis karya tulis juga
tidak lupa mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun karya tulis ini.
Dalam
menusun laporan ini, kami juga menemukan latar belakang yang akan kami bahas
seperti :
·
Sejarah
Penemuan Manusia Purba
·
Manusia Praaksara di Indonesia
·
Data
jenis/spesies fosil di Museum Sangiran
·
Kawasan
Situs Sangiran Secara Geografis
·
Proses
Evolusi Manusia (Homo Sapiens)
·
Sejarah
Berdirinya Keraton Kasunana Surakarta
·
Silsilah
Kepemimpinan Raja-Raja Keraton Kasunanan Surakarta
·
Manfaat
Study Lapangan Di Sangiran Dan Keraton Kasunanan Surakarta
B.Tujuan
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah :
1. Menambah wawasan yang lebih luas
2. Memotivasi
generasi muda untuk mencintai sejarah Indonesia
3. Sebagai
referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang Keraton Kasunanan Surakarta
dan Sangiran.
4.
Wadah pelatihan untuk membuat sebuah makalah yang dapat di pertanggung jawabkan
5.
Sebagai cara untuk memperoleh nilai yang berdasarkan observasi terhadap sejarah
Indonsia
BAB II
ISI
b.
Sejarah
Penemuan Manusia Purba
Buku diawali dengan penjelasan
tentang Gejolak Teori Evolusi Di Akhir Abad ke-19 dari cerita tentang Charles
Darwin, sang pembentuk teori evolusi 1859, kontroversi di seputarnya, para
pembela dan penyerangnya, dan terakhir diceritakan tentang Eugene Dubois,
dokter Belanda yang terobsesi dengan teori Darwin lalu datang ke Indonesia,
mengembara ke Sumatra lalu Jawa.
Akhirnya pada tahun 1891-1892 ia
menemukan di Trinil, Ngawi apa yang diyakininya sebagai missing link antara
kera dan manusia : fosil batok kepala, gigi dan tulang paha kiri -ketiganya
membuat Dubois menyimpulkan bahwa ketiga ex fragmen yang ditemukannya itu milik
suatu makhluk bukan kera bukan manusia.
Bukan kera karena ketika diukur
volume otaknya 900 cc (otak kera paling maju -simpanse 600 cc; otak manusia
1200 cc), lalu tulang pahanya menunjukkan bahwa sang empunyanya berjalan tegak
(tentu saja Dubois tahu sebab ia seorang dokter ahli anatomi). Maka dua kata
diberikannya untuk penemuan ini : Pithecanthrous erectus -manusia seperti kera
(atau kera seperti manusia) yang berjalan tegak. Cocoklah ia sebagai missing
link di antara kera dan manusia.
Pada tahun 1980-an, nama genus
Pithecanthropus diubah menjadi Homo, genus yang sama dengan manusia modern.
c.
Manusia Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman
praaksara (prasejarah) di sebut manusi
purba. Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang
lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak
jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Ada beberapa jenis manusia purba
yang di temukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Meganthropus
Paleojavanicus
(manusia besar dan tertua di pulau jawa)
Fosil
Meganthropus Paleojavanicus ditemukan pada tahun 1941oleh Koenigswald di Sangiran (Sragen)
daerah Surakarta Jawa Tengah.Fosil yang ditemukan adalah berupa rahang atas dan gigi lepas. Manusia ini hidup sezaman
dengan Pithecanthropus Mojokertensis
namun tingkatan kehidupannya lebih primitif. Dengan metode statigrafi, Fosil Meganthropus Paleojavanicus berada
di lapisan puncangan yang diperkirakan berumur + 1-2 juta tahun yang lalu.
Ciri-ciri dari manusiapurba Meganthropus
Paleojavanicus adalah sebagai berikut : tulang pipi tebal, badan tegap,
tonjolan kening mencolok, tida
2. Pithecanthropus
Pithecanthropus
memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : hidung besar, tidak berdagu, tonjolan kening tebal
melitang sepanjang pelipis.Jenis
makanannyaadalah tumbuh-tumbuhan dan daging binatang buruan.
Bentuk tubuh dan wajahnya = berbeda
dengan manusia sekarang.
Tingkat kehidupannya = masih primitive
Hidup dalam kelompok-kelompok dan
selalu berpindah-pindah (nomaden).
Alat-alat
yang digunakan
= terbuat dari dari batu kasar (kapak
perimbas, kapak genggam dan alat serpih)
Tinggi
Badan = 165 – 180cm.
Volume otak = 750 – 1300 cc dan
belum mengenal api
Metode
Stratigrafi
fosil Pithecanthropus ditemukan di lapisan puncak dan Kabuh.
Diperkirakan jenis manusia ini hidup
antara 1 juta 600.000, tahun yang lalu. Pada jaman Paleolithikum (jaman batu
tua)
Gigi, rahang besar dan kuat,jenis
makanan tunbuh-tunbuhan.
Adapun jenis –jenis Pithecanthropus antara lain ;
A. Pithecanthropus
Erektus
(Manusia kera berjalan tegak)
Fosil
ini ditemukan tahun 1890 oleh Eugene
Dobois di desa Trinil (
Ngawi, Jawa Timur).
Temuanya
berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, gerakan dan tulang kaki tubuh Pithecanthropus Erektus lebih
maju.
B. Pithecanthropus
Soloensis
(Manusia kera dari solo)
Ditemukan
pada tahun 1931 -1933. Oleh Koenigswald dan Oppennorth di daerah Ngandong
dan Sangiran. Di tepi bengawan Solo.
Hasil
temuanya = tulang kering dan tengkorak.
3. Homo
Homo itu manusia yang jenisnya lebih
sempurna dan lebih muda di banding kedua manusia purba yang lain.
Ciri-cirinya adalah sudah berdagu,
tonjolan kening sudah berkurang. Dan tingkat kecerdasanya lebih tinggi di
banding Pithecanthropus.
Telah mengenal pertanian dan
berladang tapi hidupnya masih berpindah-pindah. Hidup menetap dalam waktu agak
lama kira2 tiga waktu masa panen dan berpindah lagi.
Alat-alat yang dipakai = batu yang
diaasah lebih halus seperti beliung persegi, kapak lonjong dan pemukul kayu.
Hidup kira2 = 40.000 tahun yang lalu.cm
Tinggi badan = 130 – 210
Volume otaknya = 1350 – 1450 cc
Kebutuhan makanan = sudah
dihasilkan sendiri (food pruducing)
Adapun
jenis jenis manusia Homo yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931
– 1934 oleh Von Koenigswald dan Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo.
Fosilnya berupa tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis
tingkatanya lebih tinggi di banding Pithecanthropus
Erektus.
2. Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889
oleh Eugene Dobois di desa Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur.
Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak, rahang atas dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering.
Homo Wajakensis golongan homo
Sapiens kelompok manusia purba maju dan terakhir. Dan ini membuktikan bahwa
Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu sudah didiami manusia sejenis Homo
Sapiens.
d.
Data
jenis/spesies fosil di Museum Sangiran
No
|
Nama Spesies
|
Nama Latin
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Kura-kura
raksasa
|
Geochelone
Atlas
|
|
Kura-kura
raksasa hidup sekitar 2 juta tahun yang lalu. Kura-kura dewasa dapat mencapai
panjang 2,5 meter, tinggi 0,9 meter dan berat 850 kg.
|
2.
|
Gajah
Purba
|
Stegodon
Trigonocephalus
|
Gading Gajah Purba
|
* Rahang Bawah Gajah Purba (mandibula Elephan sp) ditemukan pada tanggal 24 November 2012 di Grogolan, Manyarejo, Plupuh, Sragen. Ditemukan di lapisan Kabuh (250.000-730.000 juta tahun yang lalu) oleh Witorejo.
*
Fragmen Tulang Panggul Gajah Purba (Fragmen
pelvis Elepantidae) ditemukan oleh Agus Fatturohman pada tanggal 8 Juli di
Bapang Tukuran.
*
Tulang paha Gajah Purba (femur
sinistra Elephantidae) ditemukan oleh Parmin pada tanggal 14 Juli 2013 di
daerah Grogolan, Mayuhrejo, Plupuh, Sragen.
|
3.
|
Kuda
Sungai kerdil
|
Hexaprotodon
sivalensi
|
|
Kuda
Sungai hidup dan lama bertahan pada kala Pleistosen di rawa-rawa sekitar Jaw
(kini). Baik ditemukan pada awal ataupun akhir.
|
4.
|
Babi
Purba
|
|
|
Hewan
yang hidup di Sangiran sekitar 700.000 tahun yang lalu dengan moncongnya yang
peka untuk mencari makanan tumbuhan dan serangga.
|
7.
|
Buaya
Purba
|
Crocodylus
dan Gavialis
|
|
Gavialidae
dan Crocodylidae adalah sejenis famili Gavilidae. Yang ada di Sangiran adalah
Gavialis bengawanensis. Ukuran tubuhnya 3,5-6,2 meter dengan berat 159-181
kg. Sedangkan
Crocodyliae
adalah Crocodylus sp,- panjangnya
mencapai 6,2 m dan berat lebih dari 1200
kg.
|
8.
|
Kuda
Sungai kerdil
|
Hexaprotodon
sivalensi
|
|
Kuda
Sungai hidup dan lama bertahan pada kala Pleistosen detemukan pada rawa-rawa
lapisan awal ataupun akhir.
|
9.
|
Kerbau
Purba
|
|
|
|
10
|
Kudanil
Purba
|
|
|
|
11
|
Homo Erectus
|
|
|
Homo
Erectus adalah manusia penjelajah pertama di dunia. Homo Erectus mampu
menelusur berbagai belahan dunia dan beradaptasi dikala awal Pleistosen.
|
.12
|
Homo
Sapiens
|
|
|
Sejak
8.000.000 tahun yang lalu spesies ini telah hidup.
Dengan
kemampuan yang dimiliki, mampu mengubah peradaban.
|
13
|
Cro-Magnon
|
|
|
Manusia
Cro-Magnon adalah seniman ulung pertama, meninggalkan warisan kaya dalam
bentuk lukisan gua, pahatan dan patung ukir.
|
14
|
Manusia
Australis
|
Australopithecus
africanus
|
|
Selain
memakan tumbuhan dan buah, manusia jenis ini juga telah menjadi pemakan
daging, sehingga mereka merupakan spesies pertama yang melakukan perburuan
binatang besar. Temuan tulang binatang yang berasiosisasi langsung dengan
fosil Australopithecus
membuktikan hasil temuan tersebut .
|
15
|
Ramapiteus
|
Ramapitechus
|
|
Primata
paling purbadengan tidak tinggi lebih dari 1 meter. Temuan beberapa gigi
serta sejumlah kepingan rahang atas dan bawah mempunyai bentuk harminid.
|
16
|
Australopithecus
robustus dan Australopithec boisae
|
|
|
Bertipe
kekar,
|
17
|
Batu
Inti Kalesedon
|
|
|
Berupa
alat serpih
|
18
|
Batu
Inti Gamping Kresikan
|
|
|
Berupa
alat serpih/limbah
|
e.
Kawasan
Situs Sangiran Secara Geografis
Sragen
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung
dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen adalah pintu
gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten Sragen juga sering disebut
sebagai “Tlatah Sukowati” yang mempunyai wilayah seluas 941,55 KM 2, dengan
topografi sebagai berikut:
·
Di tengah-tengah
wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau
Jawa
·
Daerah sebelah selatan
merupakan bagian dari lereng Gunung Lawu
·
Sebelah utara merupakan
bagian dari Pegunungan Kendeng
·
Sebelah barat merupakan
kawasan yang sangat terkenal dengan sebutan “Kubah Sangiran”.
1. Museum
Sangiran terletak di :
·
Terletak di desa
Krikilan,Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari Solo)
·
Sangiran Dome menyimpan
puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen ( + 2 juta tahun lalu). Fosil-fosil
purba ini merupakan 65 % fosil hominid purba di Indonesia dan 50 % di seluruh
dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada
di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan.
·
Sebagai World
Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki
fasilitas-fasilitas diantaranya :ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang
fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran. Keistimewaan Sangiran,
Berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada
masa purba merupakan hamparan lautan.
Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung
Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut
dibuktikan dengan lapisan-lapisan
tanah pembentuk wilayah
Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain.
Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan
jamannya.
Misalnya,
Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu
merupakan lautan.
Gambar lapisan tanah yang menggambarkan zaman dahulu berupa lautan
(ditemukannya kulit kerang)
“
Dome Sangiran”
atau Kawasan Sangiran yang memiliki luas wilayah sepanjang bentangan dari utara
sampai selatan sepanjang 9 km. Barat sampai timur sepanjang 7 km. Masuk dalam
empat kecamatan atau sekitar 59,3 km2. Temuan fosil di “Dome
Sangiran” di kumpulkan dan disimpan di Museum Sangiran. Temuan fosil di Sangiran untuk jenis Hominid
Purba (diduga sebagai asal evolusi manusia) ada 50 jenis/individu. Untuk
fosil-fosil yang diketemukan di kawasan Sangiran merupakan 50% dari temuan
fosil di dunia dan merupakan 65% dari temuan di Indonesia. Oleh karena itu
dalam sidang yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal
5 Desember 1996, Sangiran ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Haritage List” Nomor 593.
f. Proses Evolusi Manusia (Homo Sapiens)
Charles Darwin meninggal pada 1882, ia
tak menyaksikan penemuan-penemuan fosil-fosil di sekeliling hominid (makhluk
mirip manusia) yang menunjukkan apa yang digagas Darwin mungkin benar tentang evolusi. Fosil-fosil
yang ditemukan Dubois dan banyak ahli lainnya pada abad ke-20 telah dapat
menunjukkan bahwa telah terjadi evolusi dari hominid paling primitif ke hominid
paling modern dan mungkin juga manusia modern. Teori evolusi
menimbulkan kontroversi yang besar saat Darwin hidup tentu salah satunya karena
bukti-bukti fosil saat itu belum ditemukan. Meskipun bukti-bukti fosil telah sedemikian terang
menunjukkan bahwa evolusi adalah fakta, sampai sekarang pun masih terjadi pro
dan kontra evolusi itu. “Peperangan”
menjadi lebih seru lagi ketika kaum kreasionis Kristen maupun Islam maju
serentak menyerang para evolusionis.
Di Museum Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga,
dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga
200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir
Pleistosen tengah.
g. Sejarah Berdirinya Keraton Kasunana Surakarta
Penembahan Senopati yang waktu mudanya
bernama Sutowijoyo memerintah di Mataram dari tahun 1585 sampai dengan tahun
1601. Pada tahun 1601 Raden Mas Jolang yang bergelar Susuhunan Hadi prabu
Hanyakrawati menggantikan sebagai raja Mataram sampai dengan tahun 1913.
setelah Susuhunan Hadi Prabu Hanyakrawati meninggal beliau digantikan oleh
Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, yang memerintah mulai tahun 1613 sampai
tahun 1945. Pada saat pemerintahan Sultan Agung, keraton Mataram berada dalam
puncak kejayaan. Karena banyak raja-raja yang ditaklukkan, yaitu raja-raja
pesisir Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan Barat, Madura, Surabaya
dan Cirebon.
Sultan Agung merupakan figur raja
yang taat kepada agama Uslam dan tidak senang pada Belanda yang berada di tanah
Jawa. Sultan Agung mempunyai cita-cita untuk menguasai seluruh pulau Jawa.
Namun cita-cita Sultan Agung untuk menguasai seluruh pulau Jawa gagal. Karena
pada waktu itu terdapat tiga kekuatan politik yaitu Mataram, Banten dan VOC di
Batavia.
Rasa tidak senang dari Sultan Agung
pada Belanda tersebut dapat kita lihat pada usaha Sultan Agung yang dua kali
menyerang VOC di Batavia, sebagai pusat pemerintahan Belanda di Jawa. Tetapi
usaha tersebut gagal karena terjangkitnya wabah penyakit dan kurangnya bahan
pangan karena lumbung padi dibakar oleh Belanda. Sebagai rasa hormat dari
pemerintah Indonesia yang sekarang telah merdeka maka Sultan Agung mendapatkan
penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Nasional yang berusaha mengusir
penjajah dari bumi Indonesia.
Pada saat pemerintahan Sultan Agung
Hanyakrakusuma, beliau banyak menjalin hubungan yang bersifat ekonomis dan
politik dengan daerah-daerah lain. Bukti kerjasama tersebut dalam bidang
ekonomi adalah Palembang dan Jambi menggantungkan kebutuhan berasnya dari
Mataram. Karena rakyat di Palembang dan Jambi lebih suka menanam lada daripada
padi. Juga pada tahun 1641 Mataram menjalin hubungan dengan bangsa Portugis di
Malaka, Mataram mengirim beras ke Portugis di Malaka sedang bangsa Portugis di
Malaka menyediakan keperluan sandang dan keperluan-keperluan perang Mataram.
Sedangkan bukti kerjasama dalam bidang politik yaitu memberikan perlindungan
kepada Palembang dan Jambi agar terhindar dari Expansi Aceh dan Banten. Yang
kemudian perlindungan itu berakhir pada tahun 1642, pada saat armada Mataram
dihancurkan oleh armada VOC di dekat Palembang. Bahkan sultan Agung
Hanyakrakususma juga menjalin hubungan dengan pusat agama Islam di Mekkah,
berkat hubungan tersebut beliau memperoleh gelar Sultan (Soewarso, 1985 :45).
Di zaman ini juga kebudayaan mengalami
perkembangan yang pesat. Hasil kebudayaan Mataram menunjukkan adanya perpaduan
antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Hindu dan Budha pada saat itu
mempunyai pengaruh yang sangat besar dan kuat terhadap kebudayaan asli Jawa.
Pada tahun 1645 Sultan Agung Prabu
Hanyakrakusuma meninggal kemudian beliau digantikan oleh Susuhunan Amangkurat I
atau Amangkurat Agung yang memerintahkan mulai tahun 1645. berbeda dengan
Ayahnya Susuhunan Amangkurat I bukan sebagai seorang raja yang bijaksana dan
berwibawa, tetapi seorang raja yang bertangan besi dan bersahabat dengan
VOC/Belanda, sehingga banyak ulama dan para bangsawan yang tidak senang kepada
Amangkurat I. Sikap Amangkurat dalam menjalankan pemerintahan dengan tangan
besi dan berusaha menggenggam seluruh kekuasaan tersebut terbukti pada masa itu
para ulama dan sebagian rakyat dikejar-kejar, bahkan ribuan yang dihukum mati,
karena mereka menentang politik Amangkurat I yang menjalin kerjasama dengan
VOC. Para ulama yang berpengaruh besar terhadap rakyat, dianggap menyaingi
kedudukan dan kekuasaannya.
Cara Kejam Amangkurat I untuk
mematahkan kekuasaan para ulama yang selalu menentang Belanda ternyata tidak
berhasil. Para ulama terus menyusun kekuasaan, dibawah Sunan Giri, para ulama
akhirnya bangkit sentak untuk mematahkan kekuasaan Amangkurat I. Sikap
Amangkurat I terhadap raja-raja taklukan sangat kerja. Mereka yang dianggap
membahayakan Mataram, selalu dipecat dan digantikan dengan bangsawan Mataram
yang telah jelas-jelas taat dan setia kepadaanya. Bahkan raja raklukan tersebut
banyak yang dibunuh. Oleh sebab itu lambat laun timbul rasa tidak puas terhadap
pemerintahan Amangkurat I. Para bangsawan Mataram yang tidak puas terhadap
pemerintahan Amangkurat I tersebut justru dipimpin oleh Adipati Anom (Putra
Mahkota) yang bersekutu dengan Trunojoyo. Akhirnya terjadi pemberontakan
terhadap Mataram yang dipimpin oleh Trunojoyo yang bersekutu dengan Adipati
Anom dan para bangsawan Mataram serta para ulama.
Mataram dapat direbut oleh
Trunojoyo, sedang Amangkurat I beserta pengikutnya meninggalkan Mataram hendak
minta bantuan kepada VOC di Batavia. Amangkurat I menunjuk Adipati Anom untuk
menyerang Trunojoyo, tetapi Adipati Anom tidak bersedia, karena dia bersekutu
dengan Trunojoyo. Dengan berbekal tumbal Kyai Pleret milik Amangkurat I.
serangan Pangeran Puger terhadap Trunojoyo berhasil melumpuhkan kekuatan
pasukan Trunojoyo. Perjalnan Amangkurat I ke Batavia sampai di Tegal Arum. Di
tempat tersebut Amangkurat I meninggal. Setelah Amangkurat I meninggal, Adipati
Anom menjadi bingung karena tumbak Kyai Pleret yang menjadi simbol kerajaan
Mataram berada di tangan Pangeran Puger.
Adipati Anom tidak meneruskan
perjalanan ke Batavia, melainkan meminta bantuan kepada VOC di Jepara. Adipati
Anom bersedia meluluskan apa saja yang diminta VOC asakan dia dapat menjadi
raja Mataram. Berkat Bantuan VOC Trunojoyo dapat dikalahkan dan Adipati Anon
menggantikan Amangkurat I menjadi raja Mataram pada tahun 1677 bergelar
Amangkurat II. Dengan bertahtanya Amangkurat II berarti kekuasaan Mataram telah
mulai dirongrong oleh Belanda.
Pada saat pemerintahan Sunan
Amangkurat II, karena keraton Mataram sudah rusak akibat pemberontakan
Trunojoyo, maka Sunan Amangkurat II melanjutkan pemerintahan di Kartasura pada
tahun 1703. setelah beliau wafat digantikan oleh putranya yang bergelar
Amangkurat III atau Amangkurat Mas. Sebelum Amangkurat II meninggal beliau
berpesan kepada Amangkurat III agar berhati-hati terhadap pamannya yaitu
Pangeran Puger. Pangeran Puger merasa jengkel karena dialah sebenarnya yang
berhak menjadi raja. Untuk menghilangkan kejengkelan hati Pangeran Puger, maka
Amangkurat III dikawinkan dengan anak perempuan Pangeran Puger.
Amangkurat III ternyata bersifat
suka main perempuan, sehingga sering terjadu pertengkaran dengan istrinya, yang
berakhir dengan perceraian. Anak Pangeran Puger yang menjadi istrinya
dikembalikan kepada Pangeran Puger yang sudah barang tentu membuat sakit
Pangeran Puger. Sebagai raja, Amangkurat III merasakan betapa berat dan kuatnya
pengaruh VOC terhadap negaranya. Oleh sebab itu, Amangkurat III hendak
melepaskan Mataram dari belenggu VOC terhadap negaranya. Para bangsawan yang
nyata-nyata memihak kepadas VOC segera bertindak. Banyak diantaranya yang
dipecat. Sikap Amangkurat III tersebut banyak mendapat tantangan dari
segolongan bangsawan di lingkungannya. Situasi politik itu sangat
menggembirakan Pangeran Puger (adik Amangkurat II) yang sejak semula ingin
menjadi raja.
Dengan segolongan kaum bangsawan
yang tidak senang pada Amangkurat III, Pangeran Puger mengadakan perbutan
kekuasaan yang akhirnya dapat digagalkan Pangeran Puger lari ke Semarang
meminta bantuan kepada VOC. Dengan senang hati VOC menerima Pangeran Puger. VOC
bersedia membantu Pangeran Puger untuk merebut tahta Mataram, karena Amangkurat
III menentang VOC, setelah Pangeran Puger menandatangani perjanjian untuk
memberi hadian kepada VOC, VOC mengangkat Pangeran Puger sebagai Sunan di
Kartasura dengan gelar Sunan Paku Buwono I. Pada tahun 1705 pasukan VOC dan
pengikut-pengikut Pangeran Puger merebut Kertasura. Dengan demikian Sunan
Amangkurat II bertahta hanya 2 tahun dari tahun 1703 sampai dengan tahun 1705,
sedangkan Sunan Paku Buwono I, bertahta di Kartasura sejal tahun 1705 sampai
dengan 1719. Sebagai balas jasa VOC yang telah menduduki dirinya sebagai raja
di Kartasura, Paku Buwono I menyerahkan daerah Priangan, Cirebon dan Madura
Timur kepada VOC. Disamping itu setiap tahunnnya Kartasura bersedia mengirimkan
sejumlah beras ke Batavia. Sejak saat itu pengaruh kekuasaan VOC di Kartasura
semakin besar.
Setelah Paku Buwono meninggal,
beliau digantikan oleh Susuhunan Prabu Amangkurat IV atau Sunan Amangkurat Jawi
atau Sunan Prabu. Amangkurat IV bertahta di Kartasura dari tahun 1917 sampai
dengan tahun 1727. kemudian beliau digantikan oleh Sunan Buwono II, mulai tahun
1927. pada tahun 1742 orang-orang Cina pelarian dari Batavia bekerja sama
dengan Mas Garendi. Mas Garendi adalah Cucu Sunan Mas. Mas Garendi bertahta di
Katasura dengan gelar Amangkurat V, beliau bersikap melawan Belanda. Sedang
Sunan Paku Buwono II meminta bantuan VOC. Setelah beliau menadatangani tentang
imbalan yang akan diberikan VOC, kemudian VOC menyerang Mas Garendi untuk
merebut Kartasura. Setelah kekuasaannya hancur, Mas Garendi menyerah kepada
VOC. Selanjutnya beliau dibuang ke Srilangka. Berkat bantuan VOC, Sunan Paku
Buwono II bertahta kembali di Kartasura. Seperti halnya Mataram, Keraton
Kartasura rusak karena perbuatan Raden Mas Garendi. Menurut kepercayaan kuno di
Jawa, bila keraton sebagai pusat kejayaan dan kebebasan sebuah kerajaan telah
diduduki atau dirusak oleh tangan tangan kotor, tiba saat untuk membangun
sebuah istana yang baru (Wibisono, 1980 :2).
Di Kartasura Sunan Paku Buwono II
mengemukakan keinginannya untuk memindahkan Keraton Kartasura yang sudah rusak.
Pada saat itu Baginda Sunan Pakubowono II sedang diliputi kesedihan karena baru
saja kedatangan utusan VOC bernama Hogendrop yang membicarakan pelaksanaan
beberapa permintaan VOC sangat merugikan Keraton Kartasura, sebagai imbalan
kepada VOC yang telah membantu Paku Buwono II merebut tahta kembali Kartasura.
Dalam perjanjian itu antara lain
disebutkan bahwa seluruh pantai utara Pulau Jawa dan seluruh pulau Madura
diserahkan kepada VOC. Penyerahan wajib yang berupa hasil bumi diperbesar
jumlahnya. Patih dan Bupati hanya dapat ditetapkan oleh Sunan bersama-sama
dengan VOC. Baginda lalu menyerahkan dan memberikan persetujuan kepada Van
Hogendrop untuk menghubungi pepatih Raden Tumenggung Pringgolo dan Sindurejo.
Mereka meninjau sendiri daerah sekita Kartasura. Mereka melepaskan lebah di
bawah sebuah pohon rindang di desa Sala, Mayor Van Hogendrop mengusulkan Sala
sebagai pusat pemerintahan Kartasura. Dengan alasan apabila raja ingin
mendatangkan kayu jati dari hutan selatan akan mudah karena tidak kekurangan
orang juga tidak kekurangan beras yang dapat didatangkan dari Ponorogo. Tetapi
kedua Patih menolak dengan alasan Sala daerahnya rendah, kalau hujan akan
terendam air. Tetapi dilihat letaknya Sala berada di tepi sebuah sungai besar,
strategis sekali dan mudah didatangi dari pantai bila keadaan memaksa. Akhirnya
Keraton Kartasura Hadiningrat dipindahkan ke Surakarta Hadiningrat pada tahun
1748. Pada tahun 1749 Sunan Paku Buwono II sakit dan kemungkinan sehat kembali
sangat kecil. Keraton Surakarta merupakan kelanjutan dari Keraton Mataram yang
pada tahun 1677 padas hakekatnya telah runtuh akibat pemberontakan Trunojoyo.
Berkat bantuan VOC Keraton yang telah runtuh itu dihidupkan kembali dengan
aneka ragam perjanjian. Sedangkan raja-raja yang memerintah selanjutnya tidak lebih
hanyalah sebuah boneka yang dikendalikan oleh Belanda. Paku Buwono II meninggal
pada tanggal 20 Desember 1749 dan digantikan oleh Sunan Paku Buwono III yang
memerintah dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1788. penyerahan Keraton
Surakarta kepadas VOC dan pengangkatan Paku Buwono III sebagai sunan tidak
disetujui oleh Pangeran Mangkubumi. Karena bagian tanah bengkok yang milik
Pangeran Mangkubumi dikurangi oleh Belanda.
Pada saat yang bersamaan di
Yogyakarta Pangeran Mangkubumi dinobatkan oleh pengikut-pengikutnya sebagai
Sultan Yogyakarta dengan gelar Hamengkubuwono. VOC tidak mau mengakuinya. Oleh
karena itu berlawanan menentang Belanda diteruskan. Sejak saat itu Keraton
Surakarta Hadiningrat merupakan kelanjutan dari Mataram pecah menjadi dua.
Yaitu Yogyakarta dengan Hamengku Buwono yang melawan VOC dan di Surakarta
dengan Hamengku Buwono III yang menjadi antek VOC. Setelah Paku Buwono III
meninggal, beliau digantikan oleh Susuhunan Paku Buwono IV dari tahun 1788
sampai dengan tahun 1820. kemudian Susuhunan Paku Buwono V menggantikannya dari
tahun 1820 sampai dengan tahun 1823. selanjutnya Susuhunan Paku Buwono VI
berusaha untuk melawan sehingga beliau dibuang oleh Belanda ke Ambon. Sebagai
penghargaan dan rasa hormat kepada Sunan Paku Buwono VI maka pemerintah
Indonesia memberi penghargaan sebagai Pahlawan Nasional.
Pengganti Sunan Paku Buwono adalah
Susuhunan Paku Buwono VII, salah seorang putra dari Sunan Paku Buwono IV, yang
bertahta dari tahun 1830 sampai dengan tahun 1858. sebagai gantinya adalah salah
seorang lagi putra dar Sunan Paku Buwono IV yang bergelar paku Buwono VIII,
bertahta dari tahun 1858 sampai dengan tahun 1861. Pada tahun 1861 sampai
dengan 1893 pemerintah dipegang oleh Susuhunan Paku Buwono IX. Setelah beliau
meninggal digantikan oleh Paku Buwono X yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang
Minulya Saha Ingkang Wicaksono Kanjeng Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing
Ngalolo Ngabdulrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Kaping X (Volks
Almanah Djawi, 1937 : 25).
Pada saat pemerintahan Sunan Paku Buwono X, beliau menciptakan lambang keraton Kasunanan Surakata. Bentuk lambang yang diciptakan oleh Susuhunan Paku Buwono X tersebut adalah sebagai berikut :
Pada saat pemerintahan Sunan Paku Buwono X, beliau menciptakan lambang keraton Kasunanan Surakata. Bentuk lambang yang diciptakan oleh Susuhunan Paku Buwono X tersebut adalah sebagai berikut :
- Gambar Matahari di sebelah kanan – melambangkan putra dari Paku Buwono I yang bernama R.M. Gusti Suryo
- Gambar Bulan di sebelah kiri – melambangkan putra dari Paku Buwono I yang bernama R.M. Sasongko
- Gambar di sebelah atas – melambangkan putra dari Paku Buwono I yang bernama R.M. Gusti Sudomo
- Gambar Bola dunia sebelah bawah yang terdapat paku pada kutup atas (GPH, Broto, 1980 : 18) – melambangkan raja Kasunanan yang bergelar Paku Buwono.
Dari keempat lambang tersebut tidak
keterangan tentang keistimewaan mereka, sehingga mereka dipakai sebagai lambang.
Keempat benda tersebut dapat dalam sebuah perisai yang berbentuk bulat telur
yang posisinya tegak. Hal tersebut melambangkan terwujudnya kemanunggalan yang
kokoh dan kuat yang terlindung dari perisai. Pada bagian atas perisai tersebut
terdapat mahkota raja, di bawah pengayoman Sri Susuhunan. Di seputar perisai di
lingkari oleh untaian kapas dan sewuli (Sebutir padi) hal tersebut melambangkan
agar rakyatnya hidup berkecukupan, adil makmur baik sandang maupun pangan.
Lambang Keraton Kasunanan Surakarta
terdapat persamaan dengan lambang-lambang negara kita yaitu Garuda. Sunan Paku
Buwono X bertahta dari tahun 1893 sampai dengan 1939. kemudian pada tahun 1939
sampai dengan tahun 1945 beliau meninggal digantikan oleh Susuhunan Paku Buwono
XII pada tahun 1945 sampai sekarang. Raja-raja kasunanan Surakarta sangat
memperhatikan kebudayaan Jawa hingga saat ini walaupun kedudukan raja tidak
seperti dulu, tetapi adat kebudayaan Jawa tetap dijaga dan dilestarikan. Hal
tersebut dapat kita lihat pada setiap kirap pusaka I sura. Grebeg Mauludan dan
upacar perkawinan di Keraton Kasunanan Surakarta.
h. Silsilah
Kepemimpinan Raja-Raja Keraton Kasunanan Surakarta
Susunan raja-raja yang pernah bertahta di Kasunanan
Surakarta Hadiningrat dimulai dari Sri
Susuhunan Pakubuwono II (1745-1749) sebagai pendiri kerajaan ini. Kasunanan
Surakarta Hadiningrat merupakan kelanjutan dari kerajaan yang didirikan
sebelumnya, yakni Kasunanan Kartasura Hadiningrat yang berturut-turut dipimpin
oleh Amangkurat II (1680-1702)
sebagai pendirinya, Amangkurat III
(1702-1705), Sri Susuhunan
Pakubuwono I (1705-1719), Amangkurat IV (1719-1726), dan Sri Susuhunan Pakubuwono II (1726-1742) sebagai raja terakhir Kasunanan Kartasura
Hadiningrat yang kemudian memindahkan pusat kerajaan ke Solo sekaligus sebagai
tanda bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat resmi didirikan. Berikut ini adalah
susunan raja-raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat:
1. Sri Susuhunan
Pakubuwono II (1745-1749)
, bernama asli Raden Mas Prabasuyasa, lahir pada tanggal
8 Desember 1711, naik tahta pada tanggal 15 Agustus 1726, dan wafat pada
tanggal 20 Desember 1749. Beliau adalah raja Kasunanan Kartasura Hadiningrat
terakhir yang kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Kartasura ke Solo dan
mendirikan Kasunanan Surakarta Hadiningrat sejak tahun 1745.
2. Sri Susuhunan
Pakubuwono III (1749-1788), bernama asli
Raden Mas Suryadi, lahir di Kartasura pada tahun 1732, dinobatkan menjadi raja
pada tanggal 15 Desember 1749, dan meninggal dunia pada tanggal 26 September
1788. Beliau adalah raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat pertama yang diangkat
oleh Belanda.
3. Sri Susuhunan
Pakubuwono IV (1788-1820), bernama asli
Raden Mas Subadya dan mendapat julukan Sunan Bagus karena wajah beliau yang
rupawan ketika dinobatkan menjadi raja dalam usia muda. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 September
1768, naik tahta pada tanggal 29 September 1788, dan wafat pada tanggal 2
Oktober 1820. Beliau dikenal piawai dalam bidang sastra, terutama yang bersifat
rohani. Salah satu karya sastra beliau adalah Serat Wulangreh.
4. Sri Susuhunan
Pakubuwono V (1820-1823), bernama asli
Raden Mas Sugandi dan mendapat panggilan dengan nama Sunan Sugih karena
kekayaan lahir dan batin yang beliau miliki. Beliau lahir pada tahun 1785, naik
tahta pada tanggal 10 Februari 1820, dan meninggal dunia pada tanggal 5
September 1823. Seperti ayahandanya, beliau juga dikenal sebagai sastrawan dan
seniman, salah satu karya sastra ciptaan beliau yang paling terkenal adalah Serat
Centhini.
5. Sri Susuhunan
Pakubuwono VI (1823-1830), bernama asli
Raden Mas Sapardan, dikenal juga dengan sebutan Sinuhun Bangun Tapa karena
beliau sering melakukan meditasi atau tapa brata. Beliau lahir di
Surakarta pada tanggal 26 April 1807, naik tahta pada tanggal 15 September
1823, dan wafat di Ambon pada tanggal 2 Juni 1849. Oleh pemerintah Republik
Indonesia, Sri Susuhunan Pakubuwono VI ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
6. Sri Susuhunan
Pakubuwono VII (1830-1858), bernama asli
Raden Mas Malikis Solikin, lahir pada tanggal 28 Juli 1796, naik tahta pada
tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, Pakubuwono VI yang dibuang ke
Ambon oleh Belanda, dan wafat pada tanggal 28 Juli 1858.
7. Sri Susuhunan
Pakubuwono VIII (1859-1861), bernama asli
Raden Mas Kusen, lahir pada tanggal 20 April 1789, naik tahta pada tanggal 17
Agustus 1858 dalam usia 69 tahun untuk menggantikan saudara tirinya (saudara
sebapak namun lain ibu) yaitu Pakubuwono VII, dan meninggal dunia pada tanggal 28
Desember 1861.
8. Sri Susuhunan
Pakubuwono IX (1861-1893), bernama asli
Raden Mas Duksino, lahir pada tanggal 22 Desember 1830, ditabalkan sebagai Raja
Surakarta pada tanggal 30 Desember 1861, dan wafat pada tanggal 16 Maret 1893.
Pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IX inilah yang oleh pujangga
besar Ranggawarsita disebut sebagai zaman edan.
9. Sri Susuhunan
Pakubuwono X (1893-1939), bernama asli
Raden Mas Malikul Kusno, lahir pada tanggal 29 November 1866, naik tahta pada
tanggal 30 Maret 1893, dan wafat pada tanggal 1 Februari 1939. Beliau adalah
sosok yang nasionalis dan sangat mendukung pergerakan nasional dengan ikut
serta aktif dalam organisasi pergerakan, yaitu Sarekat Islam cabang Solo. Oleh
rakyat Surakarta di masa beliau memerintah, Sri Susuhunan Pakubuwono X mendapat
gelar kehormatan sebagai Sunan Panutup, atau Raja Besar Surakarta yang
terakhir.
10. Sri Susuhunan Pakubuwono XI (1939-1944), bernama asli Raden Mas Antasena, lahir pada tanggal 1
Februari 1886, dinobatkan sebagai Raja Surakarta pada tanggal 26 April 1939,
dan meninggal dunia pada tahun 1945, beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka.
Masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono XI berlangsung ketika Perang Dunia
II meletus, dan era kepemimpinan beliau mengalami pergantian pemerintahan
kolonial, dari Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang sejak tahun
1942.
11. Sri Susuhunan Pakubuwono XII (1945-2004), bernama asli Raden Mas Suryaguritna, dilahirkan pada
tanggal 14 April 1925, naik tahta pada tanggal 11 Juni 1945, dan wafat pada
tanggal 11 Juni 2004. Pada pemerintahan beliau, Indonesia menyatakan
kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat. Sri Susuhunan Pakubuwono XII
adalah raja terlama yang pernah memimpin Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yaitu
selama 59 tahun, dari tahun 1945 sampai dengan tahun 2004.
§
Silsilah
Raja-Raja Keraton Surakarta Hadiningrat
Silsilah
Raja-Raja keraton Surakarta ini diawali dari Panembahan Senopati Ing Ngalogo,
Pendiri Mataram diakhir abad ke-16 Masehi. Panembahan Senopati merupakan
leluhur (cikal bakal/keturunan/bapa babu) semua Susuhunan Paku Buwono Keraton
Surakarta. Para Kanjeng Susuhunan Paku Buwono adalah keturunan (trah) “pancar-kakung” ( garis laki-laki” dari
Panembahan Senopati. Silsilah artinya asal usul keturunan.
Adapun
silsilah Raja-raja Keraton Surakarta dimulai dari Mataram sebagai berikut:
i.
Keraton Mataram
1) Kanjeng
Panembahan Senopati Ing Ngalogo berputra
2) Susuhunan
Prabu Hanyokrowati (Sunan Seda Krapyak) berputra
3) Sultan
Agung Prabu Hanyokrokusumo, berputra
4) Susuhunan
Hamangkurat I (Hamangkurat Agung), berputra
5) Susuhunan
Hamangkurat II (Hamangkurat Amral) dan Pangeran Puger, setelah itu Keraton
berpindah ke Kartasura, karena terjadi pemberontakan Trunodjoyo di Mataram.
ii.
Keraton Kartasura
6) Susuhunan
Hamangkurat II (Amral), berputra Susuhunan Hamangkurat III ( Hamangkurat
Mas/Kencet)
7) Susuhunan
Hamangkurat Agung ( Hamangkurat I), berputra Pangeran Puger yang naik tahta
menjadi Susuhunan Paku Buwono I,berputra
8) Susuhunan
Prabu Hamangkurat Jawa( Hamangkurat IV), berputra
9) Susuhunan
Paku Buwono II, kemudian keratin berpindah ke Desa Sala yang selanjutnya
menjadi keratin Surakarta Hadiningrat.
iii.
Keraton Surakarta
1. Susuhunan
Paku Buwono II, berputra
2. Susuhunan
Paku Buwono III, berputra
3. Susuhunan
Paku Buwono IV, berputra
4. Susuhunan
Paku Buwono V, Paku Buwono VII dan Paku Buwono VIII
5. Susuhunan
Paku Buwono V, berputra
6. Susuhunan
Paku Buwono VI, berputra
7. Susuhunan
Paku Buwono IX, berputra
8. Susuhunan
Paku Buwono X, berputra
9. Susuhunan
Paku Buwono XI, berputra
10.
Susuhunan Paku Buwono
XII yang memerintah keraton Surakarta sampai sekarang ini.
Adapun
masa pemerintahan para Susuhunan Paku Buwono yang memerintah Keraton Surakarta
adalah sebagai berikut.
1) Susuhunan
Paku Buwono II (Sunan Kambul)
1670-1674
J/1745-1749 M
2) Susuhunan
Paku Buwono III(Sunan Suwarga)
1675-1714
J/1745-1749M
3) Susuhunan
Paku Buwono IV (Sunan Bagus)
1714-1747J/1788-1820
M
4) Susuhunan
Paku Buwono V (Sunan Sugih)
1748-1751J/1820-1823
M
5) Susuhunan
Paku Buwono VI (Sunan Bangun Tapa)
1751-1758
J/1823-1830 M
Ditetapkan
menjadi pahlawan kemerdekaan Nasional oleh Presiden RI Ir.Soekarno tahun 1964.
6) Susuhunan
Paku Buwono VII (Sunan Pumbaya)
1758-1786
J/ 1830-1858 M
7) Susuhunan
Paku Buwono VIII (Sunan Hangabehi)
1786-1790
J/ 1858-1861 M
8) Susuhunan
Paku Buwono IX ( Sunan Nata Guru)
1790-1922
J/ 1861-1893 M
9) Susuhunan
Paku Buwono X (Sunan Suwarga)
1822-1870 1893-1939 M
10)Susuhunan Paku Buwono XI (Sunan
Hangabehi)
1876 J /1945 M sampai
sekarang.
Catatan :
J : tahun Jawa
M
: tahun Masehi
i. Manfaat Study Lapangan
Di Sangiran Dan Keraton Kasunanan Surakarta
A.
Manfaat
Study Lapangan di Sangiran :
1.
Mempelajari
secara langsung sejarah manusia purba
2.
Melihat
lokasi-lokasi penemuan fosil manusia purba secara langsung
3.
Melihat
secra langsung keadaan geografi Sangiran
4.
Bangga
dengan Sangiran sebagai salah satu pusat penelitian manusia purba terpenting di
dunia
5.
Menambah
wawasan dan pengalaman
B. Manfaat Study Lapangan di Keraton
Surakarta :
1.
Mempelajari
secara langsung Keraton Kasunanan Surakart sebagai pusat budaya jawa
2.
Mempelajarai
budaya atau culture yang ada di lingkungan keratin
3.
Semakin
bangga akan kebudayaan yang ada di wiliyah Indonesia khususnya budaya jawa
4.
Belajar
nilai-nilai kehidupan atau pesan-pesan moral dari sang pemandu
5.
Menambah
wawasan dan pengalaman
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan study lapangan yang dilakukan
pada tanggal 16 Oktober 2013 kami bisa membuat kesimpulan bahwa
A. Situs Manusia Purba Sangiran berawal
ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich
Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran. Penemuan
fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi
manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti saat ini. Paling tidak
ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat
mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia.
Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil
manusia pra sejarah di dunia. Darwin memang tidak pernah menyebut langsung
bahwa “ Manusia berevolusi dari kera” tetapi tidak salah jika sebagian orang
menerjemahkan seperti itu. Darwin meyakini bahwa semua mahkluk hidup berasal
dari satu sel purba nenek moyang kita dan kemudian berevolusi secara fisik
mnuju bentuk yang semakin sempurna artinya bahwa semua mahkluk hidup yang
paling sempurna merupakan hasil evolusi dari mahkluk lain.Ini yang menjadikan
sebuah kontroversi dan tidak bisa diterima oleh semua pihak, karena ada
anggapan Bhwa setiap mahkluk hidup adalah spesial diciptakan secara khusus oleh
Tuhan dan dengan perlakuan yang istimewa. Dan hingga saat ini teory Darwin atau
yang di kenal dengan teory evolusi bisa dibuktikan dengan penemuan-penemuan
Fosil purbakala di Sangiran.
B. Keraton Surakarta berdiri pada
tanggal 27 Februari 1945 atas prakarsa Ingkang Sinuhun Paku Buwono II, Keraton
Surakarta merupakan perpindahan Keraton Kartasura yang namanya diganti menjadi
Wanamarta. Keraton Kasunanan Surakarta telah diperintah oleh Raja Ingkang
Sinuhun Paku Buwono II sampai Paku Buwono XII. Keraton Kasunanan Surakarta
mengalami kejayaan masa perintah Ingkang Sinahun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono
X. Museum Keraton Surakarta terdiri dari 9 ruangan yang masing-masing ruangan
rerdapat benda-benda purba kala yang bersejarah. Keraton Surakarta dapat dikatakan
sebagai sumber devisa negara dan budaya bangsa dari Jawa Tengah
Dalam study lapangan ke Keraton Kasunanan Surakarta
dan Sangiran kami memperoleh banyak pengalaman dan ilmu tambahan di luar kelas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyusun
laporan ini. Semoga dengan laporan ini dapat membantu proses pembelajaran siswa
siswi SMA Negeri 1 Kota Mungkid khususnya kami.
Tak lupa kami juga mengharapkan kritik dan sarannya
kembali dari para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar